Kamis, 17 Maret 2011
Coba kupahami bait-bait kehampaan,..
di tengah tumpukan coretan-coretan tangan ini…
yang maknanya tak kumengerti
yang menghadirkan ilusi dirimu tuk menemani kesibukanku…
Aku tak akan Hindari jika ini Ridho Illahi…
jangan anggap diriku berlari juga menghindari…
kuhanya inginkan kebahagiaan hakiki dari Yang Maha Suci…
sampai nanti kudapati,dan tak ada tempat tuk rapuh lagi….
Berbahagialah….. *_^
Minggu, 13 Maret 2011
Diam Tak Bersuara...
Aku mencoba diam tak berucap
Bagai asap yang semakin lenyap
Aku mencoba menghilang dari tawa yang slalu menyergap
Seperti bintang gemintang yang kerlap – kerlipya gemerlap
Aku terus terdiam tanpa kata – kata
Sedang semua asyik bermain dengan canda tawa
Kunikmati sendiri kesunyian dalam jiwa
Sedang semuanya terus menari – nari bersama bahagia
Dan aku tetap tak mampu tersenyum tersipu
Diantara keramaian yang semakin mengasingkanku
Dan aku hanya mampu meratapi tebalnya hayalan semu
Diantara tatapan – tatapan mata yang menghujamku
Dalam diamku aku tersadar
Dalam diamku aku tahu
Bahwa jiwa lemah ini butuh bersandar
Bahwa aku harus bertahan bersama waktu
Aku terdiam bukan karena putus asa
Bukan pula karena murungnya jiwa
Melainkan karena aku mengerti
Mengerti bahwa ada kalanya mulutku ini harus terdiam terhenti
Mendengar ucapan – ucapan yang kerap kali menyayat hati
Bicarapun aku percuma
Hanya akan terdengar sia – sia
Mengalun lalu mengilang tak bersisa
Dan lebih baik aku diam tak bersuara
Bagai asap yang semakin lenyap
Aku mencoba menghilang dari tawa yang slalu menyergap
Seperti bintang gemintang yang kerlap – kerlipya gemerlap
Aku terus terdiam tanpa kata – kata
Sedang semua asyik bermain dengan canda tawa
Kunikmati sendiri kesunyian dalam jiwa
Sedang semuanya terus menari – nari bersama bahagia
Dan aku tetap tak mampu tersenyum tersipu
Diantara keramaian yang semakin mengasingkanku
Dan aku hanya mampu meratapi tebalnya hayalan semu
Diantara tatapan – tatapan mata yang menghujamku
Dalam diamku aku tersadar
Dalam diamku aku tahu
Bahwa jiwa lemah ini butuh bersandar
Bahwa aku harus bertahan bersama waktu
Aku terdiam bukan karena putus asa
Bukan pula karena murungnya jiwa
Melainkan karena aku mengerti
Mengerti bahwa ada kalanya mulutku ini harus terdiam terhenti
Mendengar ucapan – ucapan yang kerap kali menyayat hati
Bicarapun aku percuma
Hanya akan terdengar sia – sia
Mengalun lalu mengilang tak bersisa
Dan lebih baik aku diam tak bersuara
Selasa, 08 Maret 2011
Inspirasi waktu bangun Tidur....
Ketika aku bangun di pagi hari, saat masih di tempat tidur, aku bertanya pada diri sendiri :
"Apa sih rahasia untuk mencapai sukses?"
Ternyata aku menemukan jawabannya pada kamar ini.....
AC bilang : Dingin (hati kita harus sabar).
Atap bilang : Tinggi (harus dengan semangat mencapai yg dicita2kan).
Jendela bilang : Mari kita lihat jauh ke depan (visioner).
Jam bilang : Setiap menit adalah harapan.
Kaca bilang : Sebelum bertindak dan berucap, lihatlah diri sendiri terlebih dahulu (introspeksi).
Kalender bilang : Bersyukurlah karena kita masih diberi waktu.
Pintu bilang : Ayo kita berusaha mencapai apa yg kita inginkan.
Dan jangan lupa...
Lantai bilang : bersujudlah pada TUHAN-mu,
Jaga hati dari rasa iri dan dengki,
Jaga ucapan agar tidak menyakiti. " ♧*...*♧°˚˚˚°♧*...*♧*...*♧°˚˚˚°♧*...*♧
(*) SέLăмăτ pagiiiii•••(*)
♧*...*♧°˚˚˚°♧*...*♧*...*♧°˚˚˚°♧*...*♧
"Apa sih rahasia untuk mencapai sukses?"
Ternyata aku menemukan jawabannya pada kamar ini.....
AC bilang : Dingin (hati kita harus sabar).
Atap bilang : Tinggi (harus dengan semangat mencapai yg dicita2kan).
Jendela bilang : Mari kita lihat jauh ke depan (visioner).
Jam bilang : Setiap menit adalah harapan.
Kaca bilang : Sebelum bertindak dan berucap, lihatlah diri sendiri terlebih dahulu (introspeksi).
Kalender bilang : Bersyukurlah karena kita masih diberi waktu.
Pintu bilang : Ayo kita berusaha mencapai apa yg kita inginkan.
Dan jangan lupa...
Lantai bilang : bersujudlah pada TUHAN-mu,
Jaga hati dari rasa iri dan dengki,
Jaga ucapan agar tidak menyakiti. " ♧*...*♧°˚˚˚°♧*...*♧*...*♧°˚˚˚°♧*...*♧
(*) SέLăмăτ pagiiiii•••(*)
♧*...*♧°˚˚˚°♧*...*♧*...*♧°˚˚˚°♧*...*♧
Senin, 07 Maret 2011
Tentang Rasa
Ada rasa manis yang membuatmu menangis..
Itulah kebahagian.
Ada rasa pahit bisa menjadikanmu terjepit…
Itulah kesedihan.
Entah hari entah tahun,
Rasa telah mengolah hidup kita.
Dalam adonan hati,
Sudah terlalu sering kita,
teman kita,,,
Keluarga kita memcicipi,,
Bermacam bumbu yang kita racik dalam dapur perasaan,
Kadang racun di sangka madu..
Karena rasa-lah yang menipu..
Rasa pula lah yang mengayun ayunkan Hati di tali tali tak bersimpul.
Tentang rasa kita bercerita,
Dengan cerita kita berasa….
Itulah kebahagian.
Ada rasa pahit bisa menjadikanmu terjepit…
Itulah kesedihan.
Entah hari entah tahun,
Rasa telah mengolah hidup kita.
Dalam adonan hati,
Sudah terlalu sering kita,
teman kita,,,
Keluarga kita memcicipi,,
Bermacam bumbu yang kita racik dalam dapur perasaan,
Kadang racun di sangka madu..
Karena rasa-lah yang menipu..
Rasa pula lah yang mengayun ayunkan Hati di tali tali tak bersimpul.
Tentang rasa kita bercerita,
Dengan cerita kita berasa….
Sabtu, 05 Maret 2011
Sedikit Untuk Papa...
Selama ini, setiap berbicara tentang orangtua, seringnya aku hanya terbayang tentang ibu, yang meminjamkan separuh nyawanya padaku selama sembilan bulan aku menumpang hidup di rahimnya.
Yang membawaku di perutnya kemanapun ia pergi tanpa sedikitpun keluhan keluar dari bibirnya.
Yang bercucuran darah demi mengantarkanku hadir di dunia.
Ibu, selalu ibu.
Dan tentu saja ibu pantas mendapat segala penghormatan itu, bahkan lebih dari pantas, tepatnya harus.
Betapa rugi, dan teganya mereka yang menyia-nyiakan segala pengorbanan yang dilakukan ibu.
Tapi kemudian aku telat menyadari satu sosok lain, yang tak kalah penting perannya dengan ibu.
Sosok yang walaupun tak membawaku di perutnya, tapi selalu menyimpanku di hatinya.
Sosok yang paling gelisah ketika ibu menjerit kesakitan di ruang bersalin saat mengantarkan hadirku di dunia.
Dia yang berdoa semoga istri, dan anak kesayangan, yang bahkan belum pernah sekalipun dilihatnya, selamat.
Dia yang walaupun tak mengorbankan darah, tapi memeras keringatnya demi memberikan putri kesayangannya kehidupan yang layak.
Dia, sosok itu, ayah.
Sering luput dari perhatianku betapa kasih sayang ayah tak sedikit pun lebih kecil dari kasih sayang ibu.
Sesungguhnya kasih itu sama besarnya, kalau saja aku memperhatikan.
Tapi dari beberapa yang luput dari perhatianku, ada beberapa yang kuingat tentang kasih ayah yang jelas nyata kurasa, meski terlambat kusadari.
Aku ingat saat aku berusia sekitar 3 atau 4 tahun, atau ini bahkan mungkin terjadi sejak usiaku lebih kecil, hanya saja ya itu tadi, hal ini begitu saja luput dari perhatianku.
Saat itu, setiap selesai menjalankan kewajiban shalatnya, ia memintaku duduk di pangkuannya dengan isyarat tangannya.
Aku kemudian tanpa bicara mendatangi sajadah, lalu duduk di pangkuannya, sesuai perintahnya.
Dan kemudian ia mengambil telapak tanganku meletakkannya di atas telapaknya lalu menengadahkan tangan itu dan mengajakku berdoa.
Aku tak tahu pasti apa yang ia rapalkan dalam doanya, yang kuingat adalah pada sela-sela doanya, ia berkali-kali menciumi kepalaku, sambil bershalawat.
Tangan yang menengadah, ciuman, serta rapalan doa itu tak kumengerti maknanya pada saat itu.
Tapi kini, saat aku mengingatnya kembali, tenggorokanku terasa tercekat dan mataku basah oleh air mata.
Air mata bahagia karena beruntung telah hidup dengan aliran doa ayah di dalam tubuhku.
Saat aku menginjak usia sekolah, kesempatanku bermain-main dengan ayah berkurang.
Hanya ciuman di pipi kanan kiri dan pesan untuk belajar sungguh-sungguh yang kudapat saat menghampirinya pamit untuk pergi ke sekolah.
Ia tidak mengantarku sampai ke pintu, tapi aku mengerti, bahkan pada usia itu pun aku mengerti, bahwa ayah butuh istirahat.
Tapi aku tidak sedih, karena aku tahu pasti ayah merindukanku. Karena diam-diam setiap dia baru tiba di rumah sepulang ia bekerja, ia menghampiri kamarku, bahkan sebelum dia menghampiri ibu, membenarkan letak selimutku, lalu menciumiku yang lelap dalam tidurku.
Dan kadang, jika aku sedang rindu, aku sengaja membiarkan diriku tertidur di ruang tv, semata-mata hanya agar aku punya kesempatan digendong ayah, yang tak pernah tega membagunkanku untuk berjalan sendiri ke kamarku.
Dan sesungguhnya aku selalu terbangun tiap kali ayah melakukan itu, tapi aku sengaja pura-pura tidur untuk tetap berada dalam gendongannya.
Betapa sesungguhnya aku punya begitu banyak kenangan tentang ayah, yang seringnya kulupakan saat ia memarahiku, mengurungku bahkan mengikatku karena kebandelan dengan almarhum Abangku...atau saat dia menolak permintaanku untuk membeli sesuatu.
Dan saat itu, dengan teganya, aku justru menuduhnya tak memberiku cukup kebebasan bermain, cukup kepercayaan, dan tak hanya itu, aku bahkan menuduhnya tak cukup sayang padaku untuk meluluskan permintaanku.
Ya, pasti begitu maksud ayah.
Dan yang kusebut tidak memberi cukup kebebasan dan kepercayaan itu sesungguhnya adalah rasa sayang yang begitu besar, hingga membuatnya khawatir bahwa sesuatu akan menimpaku saat aku luput dari penjagaannya.
Maka, ayah, atas segala kasih sayang yang luput dari perhatianku, yang menyebabkan aku begitu saja menuduhmu, dan menyebabkanku menyakiti hatimu, aku mohon maaf.
Atas segala pengorbananmu yang begitu saja kuabaikan, aku berterima kasih.
Dan atas segala doa yang tak henti kau rapalkan, aku sungguh-sungguh mengucap syukur.
Dan, ayah, pasti aku takkan mampu membalas apa yang telah kau, dan ibu lakukan.
Tapi ayah, aku akan berusaha semampuku membahagiakan kalian dengan yang kupunya.
Dan sungguh ayah, aku tahu itu pun takkan pernah cukup membalas segala yang kau lakukan untukku.
Maka ayah, kali ini biar aku yang menengadahkan tanganku, sambil menciumi pipimu, dan memohonkan segala kebaikan untukmu dan ibu kepada Sang Pemilik Segala.
Karena sungguh ayah, atas segala kasih sayang yang kalian curahkan, tak ada yang lebih pantas membalas selain Sang Maha Penyayang.
Maka kepada-Nya lah aku berdoa.
" Rabb ighfirliy wa li walidayya wa rhamhuma kama rabbayani shaghira "
Kamis, 03 Maret 2011
3 - 3 - 1933 Until 3 - 3 - 2011
Papa, maafkan aku
Gurat keriput di wajahmu, tanda juangmu
Mengumpulkan rupiah demi rupiah
Untuk nasi yang kumakan setiap hari
Papa, maafkan aku
Tubuh rentamu, tanda tenaga yang terkuras
Mengumpulkan harap demi harap
Agar aku anakmu bisa hidup layak
Papa, maafkan aku
Aku lebih sering lupa daripada ingat untuk menyapamu
Aku lebih sering merasa lebih hebat darimu
Aku lebih sering melukaimu daripada menyenangkanmu
Papa, maafkan aku
Kalau aku merasa tidak bisa mengerti jalan pikirmu
Kalau aku merasa engkau terlalu berhati-hati
Kalau aku merasa engkau terlalu tua untuk didengarkan
Papa, maafkan aku
Apapun itu, akulah yang sombong
Akulah yang tidak tahu terima kasih
Akulah yang tidak peduli
Papa, maafkan aku
Aku mencintaimu dengan cara yang aneh
Aku menghormatimu dengan cara yang tidak biasa
Aku mengagumimu tanpa kata-kata
------------------------------------------------------------------------------------
HAPPY BIRTHADAY Papa....
Di usiamu yang ke 78 ini... aku ingin selalu membahagiakan mu
Papa....
Gurat keriput di wajahmu, tanda juangmu
Mengumpulkan rupiah demi rupiah
Untuk nasi yang kumakan setiap hari
Papa, maafkan aku
Tubuh rentamu, tanda tenaga yang terkuras
Mengumpulkan harap demi harap
Agar aku anakmu bisa hidup layak
Papa, maafkan aku
Aku lebih sering lupa daripada ingat untuk menyapamu
Aku lebih sering merasa lebih hebat darimu
Aku lebih sering melukaimu daripada menyenangkanmu
Papa, maafkan aku
Kalau aku merasa tidak bisa mengerti jalan pikirmu
Kalau aku merasa engkau terlalu berhati-hati
Kalau aku merasa engkau terlalu tua untuk didengarkan
Papa, maafkan aku
Apapun itu, akulah yang sombong
Akulah yang tidak tahu terima kasih
Akulah yang tidak peduli
Papa, maafkan aku
Aku mencintaimu dengan cara yang aneh
Aku menghormatimu dengan cara yang tidak biasa
Aku mengagumimu tanpa kata-kata
------------------------------------------------------------------------------------
HAPPY BIRTHADAY Papa....
Di usiamu yang ke 78 ini... aku ingin selalu membahagiakan mu
Papa....
Selasa, 01 Maret 2011
Teman Hidup Dunia dan Akhirat
Ya Allah…
Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah… ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi
Tetapi ya Allah…
Seandainya telah Engkau takdirkan…
…Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku
Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti…
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya
Dan ya Allah yang tercinta…
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya….
Ya Allah ya Tuhanku…
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini
Ya Allah…
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh
Amin… Ya Rabbal ‘Alamin
Langganan:
Postingan (Atom)